Amizy Nova Airul Ayunda Kurniawan (kedungademmu.id)

Oleh: Amizy Nova Airul Ayunda Kurniawan

Kedungademmu.id
Ada doa-doa yang tak berubah, sekalipun waktu terus melaju. Doa yang tak lelah dipanjatkan, meski belum juga berbalas. Dalam hidup, tak jarang kita mendapati diri terjebak dalam siklus harapan yang sama—memohon dengan kata-kata yang barangkali telah berulang ribuan kali. Tentang kesehatan orang tua, kelulusan yang dinanti, jodoh yang baik, atau sekadar ketenangan jiwa yang tak jua kunjung reda.

Di titik itu, bisik dalam hati pun kadang muncul: Apakah Tuhan tak jenuh? Apakah doa yang sama tetap layak untuk didengar?

Namun justru di sanalah letak keajaiban doa. Pengulangan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk keteguhan jiwa. Doa yang terus dipanjatkan adalah bukti bahwa harapan belum padam. Ia adalah cahaya kecil yang terus menyala, menembus kabut ketidakpastian dengan sabar dan keyakinan.

Sering kali, dalam lantunan yang sama, kita bukan hanya sedang mengetuk pintu langit—tetapi juga tengah menempa diri. Kita belajar menunggu tanpa mengeluh, menerima tanpa putus asa, dan percaya tanpa syarat. Mungkin bukan takdir yang berubah, tetapi hati kita yang diperkuat, arah hidup yang dijernihkan, dan makna yang perlahan-lahan terungkap.

Tuhan adalah Maha Mendengar. Tak satu pun doa yang sia-sia. Mungkin jawabannya belum hadir hari ini, mungkin bentuknya tak seperti yang kita damba. Namun setiap pinta tercatat, setiap lirih bernilai. Entah dalam rupa pengabulan, penundaan, atau bentuk lain yang ternyata jauh lebih tepat.

Maka, jangan pernah ragu untuk memohon hal yang sama, berulang kali. Selama harapan itu tumbuh dari ketulusan, doa tetap menjadi laku yang mulia. Sebab setiap ucap adalah cermin cinta dan percaya kita kepada-Nya. Dan siapa tahu, pada suatu malam yang tampak biasa saja, doa yang tak pernah usai itu akhirnya mengetuk pintu langit yang selama ini hanya menanti waktu terbaik untuk terbuka.

Teruslah berdoa. Sebab dalam doa yang sama, harapan tetap hidup. Karena kadang, yang membuat kita bertahan bukanlah kepastian jawaban—melainkan keyakinan bahwa doa kita tak pernah melangkah sendirian.